I.
PENGKAJIAN
GIZI
1.
Pengkajian
riwayat gizi
2.
Pengkajian
data biokimia, pemeriksaan, dan prosedur medis
Data
laboratorium :
Tanggal 10-10-2013
|
Hasil
|
Normal
|
Keterangan
|
SGOT
|
65 µ/
l
|
< 35 µ/
l
|
Tinggi
|
Hemoglobin
|
10 g/dl
|
14-18 g/dl
|
Rendah
|
LED
|
25 mm/jam
|
0-20 mm/jam
|
Tinggi
|
Trombosit
|
105 000
sel/ul
|
150.000-450
.000 sel/ul
|
Rendah
|
Leukosit
|
4300 µ/
l
|
4800-10800 µ/
l
|
Rendah
|
Hematokrit
|
28,5 %
|
42-52 %
|
Rendah
|
Data
Lab. Urin tanggal 11-10-2013
Fisis
|
Hasil
|
Normal
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning
|
Kejernihan
|
Keruh
|
Jernih
|
Bau
|
Khas
|
Khas
|
Bilirubin
|
1+
|
Negatif
|
Protein
|
1+
|
Negatif
|
Leukosit
|
3+
|
1+/LPB
|
Eritrosit
|
5+
|
1+/LPB
|
Tanggal 14-10-2013
|
Hasil
|
Normal
|
HBsAG
|
Non reaktif
|
Non reaktif
|
Tanggal 16-10-2013
|
Hasil
|
Normal
|
Hemoglobin
|
5,6 g/dl
|
14-18 g/dl
|
Nilai laboratoriun SGOT tinggi, sedangkan hemoglobin
rendah sehingga menunjukkan adanya sirosis hepatis dengan hematemesis dan
melena.
3.
Pengkajian
data antropometri
BB biasa :
77 kg
BB sekarang :
79 kg
Tinggi badan :
165 cm
BBI = TB-100
= 165-100
= 65 kg
IMT = BB
TB
= 79
2,72
= 29,04 kg/m²
Status gizi Tn. W ditentukan
berdasarkan IMT karena tanpa asites dan dapat ditimbang menggunakan timbangan
injak (bathroom scale) dan didapatkan hasil sebesar 29,04 kg/m² dengan status
gizi obesitas 1.
4.
Pengkajian
data fisik dan klinis
Data
|
Tanggal
Pemeriksaan
|
||||||
10/10/2013
|
11/10/2013
|
12/10/2013
|
13/10/2013
|
14/10/2013
|
15/10/2013
|
16/10/2013
|
|
Keadaan fisik
|
Nyeri perut sebelah kanan atas, Lemas, Mual
|
Perut kembung, Sulit BAB dan BAK, Lemas
|
Perut sebah dan merongkol, Tidak BAB, Lemas
|
Perut sebah, Nyeri ulu hati, Kembung, Mual
|
Perut kembung
|
Nyeri perut kanan atas, BAB hitam > 7x, Muntah darah 3x, Perut sebah,
penuh, sesak, Mual, Pucat, Lemas, Mata tampak kuning
|
Nyeri perut kanan
atas, BAB hitam, Muntah
|
Tensi
(120/80 mmHg)
|
150/80 mmHg
(pre hipertensi)
|
80/90
mmHg
(rendah)
|
110/60 mmHg
(rendah)
|
100/70 mmHg
(rendah)
|
120/80 mmHg
(normal)
|
130/80 mmHg
(pre hipertensi)
|
110/70 mmHg
(rendah)
|
Nadi
(60-100x/menit)
|
-
|
82x/menit
(normal)
|
84x/menit
(normal)
|
84x/menit
(normal)
|
88x/menit
(normal)
|
-
|
82x/menit
(normal)
|
RR
(16-24
x/menit)
|
-
|
20x/menit
(normal)
|
22x/menit
(normal)
|
22x/menit
(normal)
|
-
|
-
|
-
|
Suhu
(36-37 0C)
|
-
|
36,3 ºC
(normal)
|
36,3 ºC
(normal)
|
36,3 ºC
(normal)
|
36 ºC
(normal)
|
-
|
36 ºC
(normal)
|
Keterangan
:
Berdasarkan
pemeriksaan klinis yang meliputi tekanan darah dapat diketahui bahwa tekanan darah Tn. W belum stabil, karena
masih diantara normal dan rendah,
sedangkan untuk pemeriksaan nadi, nafas, dan suhu menunjukkan nilai normal.
5.
Riwayat
personal pasien
Riwayat
obat-obatan dan suplemen yang dikonsumsi
|
-
Infus D 5%
20 tpm/8 jam
-
Injeksi
Ketorolac3x1
-
Furosemide
1x1
-
Injeksi Ranitidin
: 3x1
-
Spuit 5 cc
3x1
-
Spuit 10 cc
-
Vitamin K
3x1
-
Spironolacton
1x½
-
Transfusi
darah 2 kantong
|
Riwayat penyakit
|
-
Keluhan utama terkait
masalah gizi yaitu mual, pucat,
muntah darah, BAB hitam,
nyeri perut, lemas. Riwayat
penyakit sekarang di diagnosis abdominal pain pada pasien sirosis hepatis
-
Riwayat
Penyakit dahulu hepatitis B, dan sirosis hepatis awal. Tn. W sebelumnya
sudah pernah dirawat di Rumah Sakit
sebanyak 2 kali
|
Data umum pasien
|
-
Umur : 53 tahun
-
Pekerjaan : -
-
Tingkat pendidikan :
SMP
-
Alamat : Keyongan Rt. 04 Rw. 06
Nogosari, Boyolali
-
Tanggal MRS : 10 okt 2013
|
Kronologis pasien
|
-
Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 10
Oktober 2013.
Asuhan dan intervensi pada pasien dilakukan tanggal 12 Oktober sampai
dengan 16
Oktober 2013
|
Social budaya
|
-
Tn. W hanya
tinggal bersama istri nya, mempunyai 6 orang anak. 5 orang anak nya sudah
berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri sedangkan anaknya yang paling kecil
kelas 2 SMP tinggal bersama nenek nya.
-
Tn. W sudah
tidak bekerja sebagai sopir selama 1 tahun
-
Istrinya
tidak bekerja, dan untuk kebutuhan sehari-harinya didapatkan dari
anak-anaknya yang sudah bekerja
|
II.
DIAGNOSA
GIZI
1.
Domain
asupan
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
SIGN
|
1. Intake tidak adekuat
|
Adanya rasa mual, perut sebah, sesak, dan kembung
|
Asupan energi sebesar 60,75%
|
Diagnosa gizi :
NI 1.4 Intake tidak
adekuat berkaitan dengan adanya rasa
mual, perut sebah, sesak, dan kembung ditandai
dengan asupan energi sebesar 60,75%
2.
Domain
Klinis
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
SIGN
|
1. Perubahan
nilai lab yang terkait gizi
|
Adanya gangguan fungsi
hati
|
SGOT tinggi yaitu 65µ/ l dan LED tinggi yaitu 25, Hemoglobin rendah yaitu
10g/dl, Trombosit rendah yaitu 105, Hematokrit rendah yaitu 28,5 g/dl
|
2. Interaksi makanan dan obat
|
Efek samping obat
|
Adanya mual dan
muntah > 5 kali/hari
|
Diagnosa gizi :
NC.2.2 Perubahan nilai lab
yang terkait gizi berkaitan dengan Adanya
Gangguan
fungsi hati ditandai dengan SGOT tinggi
yaitu 65µ/ l
dan LED tinggi yaitu 25, Hemoglobin rendah yaitu 10g/dl, Trombosit rendah yaitu
105, Hematokrit rendah yaitu 28,5 g/dl
NC 2.3 Interaksi
makanan dan obat berkaitan dengan Efek
samping obat ditandai dengan Adanya
mual dan muntah > 5 kali/hari
3.
Domain
Perilaku dan Lingkungan
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
SIGN
|
1. Ketidaksiapan pasien untuk merubah pola makan
|
Tidak siap
untuk perubahan gaya hidup
|
Konsumsi ikan
teri goreng hingga 1 toples/hari (250 gram)
|
2.
Informasi
yang kurang akurat
|
Ketidakmampuan untuk mengaplikasikan informasi
|
Tidak
mengkonsumsi daging sapi
|
Diagnosa gizi :
NB.1.4
Ketidaksiapan pasien untuk merubah pola makan berkaitan dengan Tidak
siap untuk perubahan gaya hidup ditandai
dengan Konsumsi ikan teri goreng
hingga 1 toples/hari (250 gram)
NB.1.7 Informasi
yang kurang akurat berkaitan dengan
Ketidakmampuan untuk mengaplikasikan informasi ditandai dengan Tidak mengkonsumsi daging sapi
III.
INTERVENSI
GIZI
1.
Perencanaan
intervensi gizi
a.
Tujuan
intervensi
1. Mencegah kerusakan jaringan hati lebih lanjut
2. Mencegah
katabolisme protein dengan memberikan
asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid)
3. Meningkatkan
nilai laboratorium terkait gizi (hemoglobin), dan menurunkan nilai
lab terkait gizi (SGOT) mencapai normal serta mempertahankannya
4. Memberikan
makanan sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Meningkatkan
asupan makan untuk memperbaiki status gizi mencapai optimal dan mempertahankanya
6. Meningkatkan
pengetahuan melalui konseling gizi
b.
Preskripsi
diet
1. Jenis
diet : diet hati 3
2.
Prinsip diet :
a. Energi
diberikan tinggi untuk mencegah pemecahan protein yaitu 40-45 kkal/kg BB.
b. Protein
diberikan 15% dari total energi, terutama diberikan protein BCAA (Branched Chain Amino Acid) yaitu 64,25 gram
c. Lemak
diberikan 20%
dari total energi dengan jenis
lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT) yaitu 38,07 gram
d. Karbohidrat
diberikan sisa dari total lemak dan protein
e. Vitamin
dan mineral diberikan dalam jumlah cukup (vit B kompleks, vitamin C, vitamin K
dan Zinc)
f. Makanan
tidak menimbulkan gas (kol, sawi, lobak,
nangka, durian)
3.
Kebutuhan Zat Gizi
Harrist
Benedict
=
66,47 + (13,75xBB) + (5xTB) - (6,75xU)
=
66,47 + (13,75x65) + (5x165) – (6,75x53)
=
1427,8 x faktor aktivitas x faktor stres
=
1427 x 1,0 x 1,2
=
1713,36 kkal
Infus
D 5% 500 ml = 5 x 5
= 25 x 4 kalori
= 100 kalori x 2 kali per hari
= 200 kalori
Protein : 15% x 1713,36 = 257,0
kkal/4 = 64,25
gr
Lemak : 20%
x 1713,36 = 342,67 kkal/9 = 38,07 gr
KH : 65% x 1713,36 = 1113,6 – 200 kalori = 913,6/4 = 228,4
gr
4. Bentuk
makanan : makanan diberikan dalam bentuk
lunak dan saring
5. Rute : per oral
6. Frekuensi
makan :
a. 3
kali makan utama dan 1 kali selingan, makanan diberikan dalam bentuk lunak (12 oktober 2013 dan 14 oktober 2013)
b.
3 kali makan utama dan 2 kali selingan,
makanan diberikan dalam bentuk saring (15
oktober 2013 dan
16 oktober 2013)
2.
Implementasi
gizi
Tahap
implementasi dilakukan untuk menentukan intervensi pada Tn. W dengan melakukan
kesepakatan diet yang harus dijalani. Dalam merencanakan intervensi, hal yang
diperhatikan adalah mengenai tingkat kegawatan penyakit pada pasien dengan
diagnosa sirosis hepatis. Diet yang diberikan yaitu diet DH3. Bentuk makanan
lunak dan saring, dengan frekuensi 3 kali makan utama dan 1 kali selingan (12 oktober 2013 dan 14 oktober 2013) dan 3 kali makan utama
dan 2 kali selingan (15
oktober 2013 dan
16 oktober 2013) dan pemberian porsi
makan pagi, siang, malam sama..
Untuk mencapai
tujuan intervensi gizi dapat dilakukan komunikasi dengan:
a. Dokter
Komunikasi dilakukan
dengan melihat catatan medik dari dokter, karena didalam catatan medik terdapat
diagnosa penyakit, data laboratorium, terapi obat yang diberikan dan data
penunjang lainnya.Sehingga ahli gizi dan dokter bekerjasama untuk menentukan
preskripsi diet yang diberikan kepada pasien.
b. Perawat
Mencari tahu atau
menanyakan kepada perawat mengenai cairan dan kandungan gizi dari infus yang
diberikan kepada Tn. W,
untuk selanjutnya ahli gizi bisa memenuhi kebutuhan cairan Tn. W dari makanan dan
minuman yang diberikan melalui terapi diet.
c. Melakukan pendidikan gizi kepada pasien dan keluarganya
melalui konseling gizi dengan materi konseling yang
diberikan, yaitu :
1. Memberikan
pengetahuan mengenai makanan yang dianjurkan dan makanan yang tidak dianjurkan
dan bagaimana cara hidup sehat dan pola
makan yang teratur baik selama dirumah sakit maupun setelah kembali kerumah
2. Memotivasi
keluarga pasien dan pasien untuk dapat menjalankan pola hidup sehat dan
berolahraga secara teratur setelah kembali kerumah
Edukasi atau penyuluhan
Materi :
Mengenai syarat diet hati
yang harus dilakukan pasien baik selama di rumah sakit ataupun setelah kembali
di rumah
Waktu : Diberikan pada tanggal 17 oktober 2013
Tempat : RS. Pandan Arang Boyolali Ruang Cempaka 3
Metode : Ceramah
dan diskusi
Alat : Leaflet
(terlampir)
Sasaran
: Pasien dan keluarga
pasien dengan diagnosa sirosis hepatis
Tujuan : Keluarga dan pasien paham tentang cara
pemulihan sirosis hepatis dengan cara makan secara teratur, menghindari makanan
yang merangsang saluran pencernaan dan menimbulkan gas, makanan tinggi kalori
untuk mencegah pemecahan protein dan protein yang diberikan terutama BCAA
Dan
bisa mengubah pola kebiasaan pasien yang masih kurang
Baik, yaitu merokok.
IV.
MONITORING
– EVALUASI
Monitoring
|
10/10/13
|
11/10/13
|
12/10/13
|
13/10/13
|
14/10/13
|
15/10/13
|
16/10/13
|
Evaluasi
|
Memonitoring
asupan makanan menggunakan recall
|
E :22,24%
P : 32,06%
L : 28,36%
KH : 23,4%
|
E:22,24%,
P:32,06%,
L:28,36%
KH:23,46% dari kebutuhan
pasien.
|
E : 74,67%
P : 91,54%
L :83,87% KH:86,86% dari perencanaan
menu.
|
E :99,08%, P : 98,05%, L : 99,44% KH: 99,7% dari perencanaan
menu.
|
E : 100%
P : 100%
L :100%
KH : 100% dari perencanaan
menu
|
E
: 41,56%, P : 35,64%, L : 31,01%, KH :52,4%
dari perencanaan menu
|
E : 36,01%
P : 1,26%
L : 6,4%
KH : 55%
dari
perencanaan menu
|
Asupan
makanan pada tanggal 10
okt 2013 dan 11 okt 2013 intervensi
dapat dilakukan karena asupan kurang dari 80%, sedangkan pada tanggal 15 okt 2013 dan 16 okt 2013 dapat dilakukan monitoring lebih lanjut karena asupan
kembali kurang dari 80% seperti sebelumnya
|
Memonitoring
nilai Hb (hemoglobin)
|
Hb = 10 g/dl
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,6 g/dl
|
Nilai
Hb menurun dari tgl 10/10/2013
dan tanggal 16/10/2013 sehingga perlu
dimonitoring
|
Memonitoring
pemeriksaan fisik setiap hari
|
Nyeri perut sebelah kanan atas, Lemas, Mual
|
Perut kembung, Sulit BAB dan BAK, Lemas
|
Perut sebah dan
merongkol, Tidak bisa BAB
|
Perut sebah,
Nyeri ulu hati kanan atas, Kembung, Mual
|
Kembung
|
Nyeri perut, BAB berdarah >5x/hari, Muntah darah 1x,
Perut sebah, penuh, sesak, Mual, Lemas
|
Nyeri perut kanan atas, BAB hitam, Muntah
|
Pemeriksaan fisik terus menurun dari tgl 10 okt 2013 sampai tgl 16 okt 2013, maka perlu terus dimonitoring
|
Memonitoring
tekanan darah
|
150/80 mmHg
(pre-hip)
|
80/90
mmHg
(rendah)
|
110/60 mmHg
(rendah)
|
100/70 mmHg
(rendah)
|
120/80 mmHg
(normal)
|
130/80 mmHg
(pre-hip)
|
110/70 mmHg
(rendah)
|
Tekanan darah
mengalami naik turun tetapi kenaikan dan penurunan tidak terjadi secara
signifikan, maka intervensi dapat dilanjutkan
|
V.
PEMBAHASAN
Tn. W dirawat di rumah sakit
umum daerah Boyolali di ruang Cempaka 2.4 Nyeri
perut sebelah kanan atas, Lemas, Mual. Untuk
selanjutnya pihak rumah sakit juga melakukan pemeriksaan laboratorium dan hasil
laboratorium menunjukkan nilai SGOT Tn.
W tinggi dan kadar Hb Tn. W rendah yaitu 10 g/dl. Dari hasil
laboratorium dan tanda fisik serta klinis dokter mendiagnosa abdominal pain pada pasien sirosis hepatic. Sebelumnya Tn. W juga pernah dirawat di rumah sakit
dengan diagnosa sirosis hepatis awal.
Istilah
Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun
1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow),
karena perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati
dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse
dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi
jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah suatu penyakit
dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat
(fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi (Sri Maryani
Sutadi,2003).
Hasil USG pada
tahun 2012 dan 2013
|
01 oktober 2012
|
14 oktober 2013
|
Hepar
|
Ukuran normal, struktur echo parenkim inhomogen,
permukaan licin, tepi tajam, sistema vena dan saluran billier normal
|
Ukuran relatif normal, struktur echo parenkim kasar
inhomogen, permukaan tak licin tetapi tajam, sistem vena dan saluran billier
tak tampak kelainan
|
Lien
|
Ukuran sedikit membesar, struktur parenkim normal,
ascites
|
Ukuran membesar, struktur parenkim normal
|
Vesica Fellea
|
Ukuran dan dinding normal tak ada kelainan
|
Dinding menebal, ukuran normal, tidak ada kelainan
|
Ren Kanan-Kiri
|
-
|
Ukuran dan parenkim normal, batu sangat kecil, multipel
kanan tidak ada hidropephrosis
|
Kesan
|
Chronic Liver Disease mungkin sirosis hepatis awal,
Vesica Fellea baik
|
Tampaknya sirosis hepatis disertai splenomegali, Vesica
Fellea tidak tampak kelainan khas, mungkin akan terjadi ascites,
nephrolitiasis sangat kecil, Ren kanan-kiri baik
|
Dari hasil USG
diatas bahwa Tn. W sudah didiagnosis mengalami sirosis hepatis sejak tahun
2012, namun masih dalam tahap awal. Dan semakin berkembang menjadi sirosis
hepatis disertai splenomegali.
1.
Patofisiologi
Pada sirosis, adanya jaringan
fibrosis dalam sinusoid mengganggu aliran darah normal menuju lobul hati
menyebabkan hipertensi portal yang dapat berkembang menjadi varises dan asites. Berkurangnya sel hepatosit normal
pada keadaan sirosis menyebabkan berkurangnya fungsi metabolik dan sintetik
hati. Hal tersebut dapat memicu terjadinya ensefalopati hepatik
dan koagulopati (Brandt dan Muckadell, 2005).
Penyebab paling umum penyakit
sirosis adalah kebiasaan meminum alkohol dan infeksi virus hepatitis C.
Sel-sel hati berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak alkohol
dapat merusak sel-sel hati, karena sifat alkohol itu sendiri merupakan zat toksik
bagi tubuh yang langsung terabsorbsi oleh hati yang dapat juga mengakibatkan
perlemakan hati. Infeksi
kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan jangka panjang dalam hati
yang dapat mengakibatkan sirosis. Penyebab lain sirosis hati yaitu Infeksi kronis virus hepatitis B
(Brandt dan Muckadell, 2005).
Berdasarkan
patofisiologi dan penyebab – peyebabnya,
diagnosa abdominal pain pada pasien sirosis hati yang diderita oleh Tn. W
disebabkan karena konsumsi alkohol yang sudah lebih dari 10 tahun. Dimana
setiap kali minum dapat menghabiskan 1 botol besar. Sehingga akumulasi zat
toksik dalam tubuh Tn. W selama 10 tahun
tersebut semakin menumpuk dan baru dirasakan sekarang ini. Tn. W juga mempunyai
riwayat penyakit hepatitis B pada tahun 1988.
2.
Kebiasaan makan dan
keadaan awal pasien
Berdasarkan
data FFQ semi kualitatif yang sudah dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan
pasien sebelum masuk rumah sakit dapat diketahui bahwa kebiasaan makan pasien yaitu, makan nasi tim 3x sehari, setiap hari
mengkonsumsi ikan asin (gereh yang sudah
direndam kedalam air selama 1-2 jam terlebih dahulu) 1 toples/hari,
setiap hari selalu mengkonsumsi temulawak+kunyit+madu,
camilan yang biasa dimakan, yaitu singkong, ketela, gembili,
dan kentang dengan cara pengolahan di rebus, mengkonsumsi susu kedelai
2x-3x/minggu, lauk yang sering dikonsumsi, yaitu tahu, tempe, ikan, telur di
bacem, sayur yang biasa dikonsumsi, yaitu sayur sop, bening bayam, tumis kacang panjang.
Tn. W pernah mendapatkan
informasi yang salah dari dokter tentang daging yang tidak boleh dimakan,
karena informasi tersebut kurang spesifik sehingga membuat Tn. W selama di
Rumah Sakit tidak memakan daging sapi yang disajikan. Namun, setelah dilakukan
intervensi Tn. W mau mencoba memakan daging sapi karena mengetahui kadar Hb nya
menurun hingga 5,6 g/dl.
Asupan energi pasien berlebih
terbukti dengan persen pencapaian kebutuhan energi sebesar 126%, asupan protein
pasien termasuk berebih terbukti dg persen pencapaian protein mencapai 325%,
asupan lemak pasien juga berlebih terbukti dengan persentase lemak sebesar
132%. Dan untuk asupan karbohidrat termasuk defisit ringan, yaitu 83%.
Akibat dari asupan energi,
lemak, dan protein yang berlebih dapat mengakibatkan, yaitu :
a. Obesitas
Suatu
keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan
dapat menimbulkan beberapa penyakit. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan
antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi
yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat
disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi
rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, dan aktivitas fisik.
(Levin, 2005)
Karena
asupan energi dan lemak Tn. W berlebih yaitu 2563,6 kkal dan 91,2 gram
mengakibatkan terjadinya obesitas pada Tn. W yang terbukti dari Berat badan Tn.
W mencapai 79 kg dengan hasil perhitungan IMT sebesar 29,04 kg/m² (obesitas 1)
b. Perlemakan Hati
Perlemakan
hati terjadi karena lemak yang berlebih menumpuk di dalam sel hati, Perlemakan hati bisa
saja tidak menimbulkan kerusakan. Namun ada kalanya kelebihan lemak memicu
terjadinya peradangan pada hati. Umumnya perlemakan hati
terjadi karena konsumsi lemak terlalu banyak, (contohnya makanan gorengan), konsumsi alkohol, Konsumsi
kalori berlebihan juga menyebabkan lemak tertimbun di hati. Jadi lemak akan
menyelimuti hati dan masuk ke sel-sel hati. Akibatnya
fungsi sel hati menjadi terganggu. Perlemakan
hati dapat menimbulkan rasa nyeri di perut bagian kanan atas, kembung, mual,
muntah. Dalam jangka panjang, perlemakan hati berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan
sirosis. (Levin, 2005)
Dari pola hidup
Tn. W yang pernah mengkonsumsi alkohol selama 10 tahun, ditambah lagi dengan
pola makan Tn. W yang setiap hari mengkonsumsi ikan teri goreng yang tidak
hanya untuk lauk saat makan tetapi juga untuk camilan sangat beresiko untuk
mengalami perlemakan hati. Dan diperkuat dengan diagnosa bahwa Tn. W mengalami
sirosis hepatis.
Klasifikasi
kecukupan asupan, yaitu :
Lebih
: > 200 % AKG
Normal
: 90-119 % AKG
Defisit ringan : 70 -80 % AKG
Defisit sedang : 70-79 % AKG
Defisit berat : < 70 % AKG
3.
Data biokimia
Dari
data laboratorium yang ada menunjukkan bahwa nilai SGOT Tn. W tinggi. Hal ini menunjukkan
adanya kerusakan pada hati, dan dokter mendiagnosa adanya sirosis hepatis yang didukung dengan hasil USG tahun 2012 dan 2013 yang
sudah tertera diatas. Pada inflamasi jaringan
hati, banyak sel-sel hati yang rusak. Sebagian mengalami nekrosis dan sebagian
membengkak menjadi lonjong. Akibatnya
banyak kapiler empedu robek sehingga empedu bocor kembali kedalam cairan
interstisel, jadi kembali kedalam darah. Terdapat ikterus yang
kadang-kadang ringan saja serta timbul bilirubinuria. Karena kenalikulus
bilier tidak mengalami regangan, tetapi hanya robek maka tidak terjadi
peninggian fosfatase lindi. Kerusakan sel-sel hati pada keadaan ini bisa
diketahui dengan mudah (W, Herdin et al, 2009)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia.
Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit
sistemik (kanker, lupus,dll), (Dr. W.
Herdin Sibuea, 2009). Kadar Hb Tn. W menurun hal ini
disebabkan karena Tn. W mengalami pendarahan (melena dan hematemesis) sehingga Tn. W harus melakukan
transfusi darah sebanyak 1
kali yaitu pada tanggal 16
oktober 2013 @
500 cc sebanyak 2 kantong. Hal
ini dilakukan agar kadar Hb Tn. W
dapat mengalami kenaikan/normal
kembali.
Hematokrit
merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml
darah yang dinyatakan dalam persent (%). Kadar
hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Semakin tinggi
presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Kadar hematokrit
rendah dapat ditemukan pada anemia, sirosis
hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia,
kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi, (Maryani, S.S.
2003). Hematokrit Tn. W rendah yang
berbanding lurus dengan kadar hemoglobin Tn. W yang juga rendah. Kadar
hematokrit rendah mengakibatkan darah menjadi encer. Ini karena Tn. W mengalami
sirosis hati dan anemia, dimana kadar Hb nya 10 g/dl dan 5,6 g/dl.
Leukosit merupakan komponen darah
yang berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
ataupun proses metabolik toksin, dll. Jika kadar leukosit rendah, menunjukkan
rentan terhadap infeksi (Maryani, S.S. 2003). Kadar leukosit Tn. W rendah yaitu 4300 µ/
l, dimana Tn. W rentan terkena infeksi.
4.
Pemeriksaan fisik
Gejala
yang ada pada sirosis hepatis adalah muntah darah (hematemesis), mengeluarkan
tinja kehitaman (melena), mengeluarakan darah dari rectum (hematoskezia),
denyut nadi yang cepat, akral peraba dingin dan basah, nyeri perut, nafsu makan
menurun, dan jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan terjadinya anemia,
seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
Hematemesis
adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang
berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
pencernaan atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak
antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal (Nettina, Sandra M, 2001)
Melena
adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah
pada usus halus.Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi
hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal
dari saluran cerna atas (Sylvia, A, 2005)
Tn. W
pada awal masuk RS mengalami gejala nyeri
perut sebelah kanan atas, Lemas, Mual. Sebelum masuk Rumah Sakit sekitarr 6
bulan yang lalu Tn. W sudah mengalami melena dan hematemesis, namun
frekuensinya masih jarang. Sekali hematemesis bisa sampai 1 ember kecil dengan
melena 2-3 kali sehari. Saat di Rumah Sakit, hematemesis dan melena terjadi
pada tanggal 15-16 okt 2013 dengan frekuensi sering yaitu > 7 kali sehari. Sedangkan
pemeriksaan klinis meliputi tekanan darah, nadi dan suhu. Dapat diketahui bahwa tekanan darah Tn. W belum stabil, karena
masih diantara normal dan rendah,
sedangkan untuk pemeriksaan nadi, nafas, dan suhu menunjukkan nilai normal.
5.
Data Antropometri
Pada tanggal 11
oktober 2013 dilakukan penimbangan berat badan, dengan hasil penimbangan79
kg tanpa asites dengan TB 165 cm. untuk menentukan
status gizi pada usia 53
tahun dapat menggunakan IMT.
Dengan rumus IMT
didapat nilai 29,04 kg/m²
yang dikategorikan dalam status gizi obesitas
1. Penimbangan
hanya dilakukan satu kali karena pasien merasa lemas sehingga tidak
memungkinkan untuk berdiri dan ditimbang.
6. Perencanaan
Diet
Berdasarkan
beberapa kajian yang telah dilakukan dapat
dibuat diagnosa gizi. Pada kasus Tn.
W yaitu sirosis hepatis dengan hematemesis dan melena
terjadi peningkatan kebutuhan energi yang disebabkan karena adanya gangguan
fungsi hati dan adanya penurunan
nafsu makan.
Hati
merupakan pusat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kegagalan fungsi hati
dapat menyebabkan penurunan sintesis protein dan pembongkaran protein. Sehingga
terjadi penurunan kadar Asam Amino Rantai Cabang (AARC), peningkatan kadar Asam Amino Aromatik, peningkatan metionin serta peningkatan
glutamine, akibatnya kadar ammonia darah meningkat. Pemberian protein nabati
pada pasien gangguan fungsi hati, perlu diperhatikan karena dalam
tumbuh-tumbuhan terdapat kandungan asam amino esensial, mengandung sedikit
protein non nitrogen (Ratnasari, 2001). Selain itu, protein
nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat
pengeluaran ammonia melalui feses.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka perencanaan diet dilakukan dengan memberikan makanan
yang mengandung tinggi energi dan tinggi protein, disertai rendah lemak. Energi
diberikan tinggi untuk mencegah pemecahan protein yaitu sebesar 60-70 % yaitu 1713,36 kkal,
protein diberikan tinggi 15%
dari total energy yaitu 64,25 gram,
terutama BCAA karena BCAA
diperlukan untuk eliminasi amonia yang meningkat. Eliminasi amonia menjadi
glutamin memerlukan glutamat atau asam glutamik, sedangkan BCAA merupakan
prekursor glutamat. Ini akan menyebabkan makin menurunnya kadar BCAA. Di sisi
lain, asam amino aromatik (AAA) meningkat karena tidak dimetabolisme oleh sel
hati yang rusak. Akibatnya rasio BCAA / AAA menurun, dan dapat menyebabkan
terjadinya ensefalopati hepatik. BCAA merupakan asam amino esensial yang
terdiri dari leusin, isoleusin, dan valin, yang banyak terkandung dalam susu,
produk susu, dan makanan nabati. Pemberian BCAA pada sirosis hepatik dengan
ensefalopati sub-klinis dapat mencegah ensefalopati yang lebih berat.
Suplementasi BCAA juga memperbaiki rasio BCAA / AAA sehingga status protein
membaik dan mencegah katabolisme otot. (Dr. Martin Leman,
2003).
Lemak
diberikan 20%
dari total energy yaitu 38,07 gram,
sedangkan karbohidrat diberikan sisa dari total protein dan lemak sebesar 65 % yang sudah dikurangi dengan kalori infus
dextrosa 5% yaitu 228,4 gram. Lemak dibutuhkan
untuk sumber kalori dan keperluan metabolisme. Normalnya, lemak harus
dihidrolisis dulu oleh lipase
pankreas dan asam empedu, agar dapat diserap dinding usus halus. Pada penderita
hepatitis atau sirosis hepatik yang mengalami gangguan sekresi asam empedu,
proses hidrolisis ini terganggu sehingga absorpsi lemak tidak berjalan baik,
dan akhirnya akan dapat memberikan gejala steatore. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemberian lemak dalam bentuk Medium Chain Triglyseride
(MCT).
Dalam
bahan makanan, MCT terdapat dalam minyak kelapa sebagai caprylic acid
sebanyak 73% dan dalam minyak kelapa sawit sebagai capric acid sebanyak
25%. Selain itu, MCT juga terdapat dalam bentuk formula enteral bersama protein
dan karbohidrat dan disebut sebagai predigested chemically defined elemental
diets. Sifat MCT yang tidak memerlukan asam empedu ataupun bantuan enzim
pankreas inilah yang membuat MCT dapat dimanfaatkan untuk penderita dengan
insufisiensi empedu atau enzim pankreas, misalnya pada penyakit hati dan
pancreatitis. (Dr. Martin Leman, 2003).
Makanan
diberikan dalam bentuk lunak karena saluran pencernaan pasien tidak mengalami
gangguan.
Selama
proses pengobatan di rumah sakit pasien mendapat terapi obat yang dapat
menunjang proses penyembuhan. Terapi obat tersebut antara lain :
a.
Injeksi Ranitidine
Ranitidine
injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan
hipersekresi patologis. Ranitidine
adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara
kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Efek samping : Sakit
kepala, Gastrointestinal :
konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut.
b.
Injeksi Ketorolac
Ketorolac
merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat
anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan
anti-inflamasi. Ketorolac
tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai
analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor
opiat. Efek samping : Saluran cerna :
diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea. Susunan Saraf Pusat :
sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.
c.
Infus Furosemide
Furosemide
adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Digunakan
untuk mengurangi kelebihan cairan atau bisa juga untuk memperlancar buang air
kecil. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium
oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium,
klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal. Efek samping
jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare, ruam kulit,
pruritus dan penglihatan kabr, pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau
pemberian dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan
elektrolit.
d.
Infus Dextrose 5%
Dextrose adalah
monosakarida dijadikan sebagai sumber energi bagi tubuh. Dextrose juga
berperanan pada berbagai tempat metabolisme protein dan lemak. Dextrose disimpan di
dalam tubuh sebagai lemak di otot dan hati sebagai glikogen. Jika diperlukan
untuk meningkatkan kadar glukosa secara cepat, maka glikogen segera akan
melepaskan glukosa. Jika suplai glukosa tidak mencukupi maka tubuh akan
memobilisasi cadangan lemak untuk melepaskan atau menghasilkan energi. Dextrose
juga mempunyai fungsi berpasangan dengan protein (protein sparing). Pada keadaan kekurangan
glukosa, energi dapat dihasilkan dari oksidasi fraksi-fraksi asam amino yang
terdeaminasi. Dextrose
juga dapat menjadi sumber asam glukoronat, hyaluronat dan kondroitin sulfat dan
dapat dikonversi menjadi pentose yang digunakan dalam pembentukan asam inti
(asam nukleat). Dextrose
dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air yang bermanfaat untuk hidrasi
tubuh.
e. Vitamin K
Vitamin K diperlukan untuk pembentukan factor koagulasi protrombin di dalam hati. Bila timbul
kekurangan vitamin K, darah tidak akan membeku dan timbul pendarahan. Sehingga
kegunaan vitamin K adalah untuk menghentikan pendarahan.
f.
Spironolactone
Spironolactone
merupakan potassium-sparing diuretic (water pill) yang mencegah tubuh
dari penyerapan garam yang terlalu banyak dan menjaga tubuh dari kekurangan
kadar potassium. Untuk mengobati kondisi dimana terlalu banyak terdapat
aldosterone dalam tubuh. (Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh
kelenjar adrenalin untuk membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam
tubuh). Untuk mengobati edema (fluid retention) pada penderita gagal
jantung kongestif, cirrhosis pad hati, atau gangguan ginjal yang disebut
sindrom nefrotik. Efek samping : Efek CNS (sakit kepala,
keadaan mengantuk, ataksia, kebingungan mental);EfekGI (kram, diare); Endokrin
& metabolis (gynecomastia, hirsutism, ketidakteraturan
menstruasi, impotensi, acidosis sedang, hiponatremia, hiperkalemia,
dan peningkatan BUN (blood urea nitrogen) yang temporer).
7.
Daya terima pasien
terhadap diet yang diberikan
Diet
yang diberikan pada pasien selama dirawat di rumah sakit yaitu diet hati 3. Diet diberikan untuk
meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Pasien masuk rumah
sakit dengan keluhan nyeri perut
sebelah kanan atas, Lemas, Mual.
Sebelum
masuk rumah sakit pasien mengalami penurunan nafsu makan. Dan pada saat pertama
masuk rumah sakit pada tanggal 10
oktober 2013 diberikan diet hati 3 dg
bentuk lunak (bubur beras). Berdasarkan recall dan
wawancara pasien pada tanggal 11 oktober 2013,
pasien menginginkan makanan dalam bentuk lunak akan tetapi
dengan nasi tim karena pasien mengaku kalau di rumah makannya setiap hari
dengan nasi tim. Makanan yang dapat diterima pasien
cukup sedikit, energi hanya 56,57%, protein 66,30%,
lemak 63,82% dan KH 61,90% dari kebutuhan
pasien. Ini karena keadaan fisik pasien yang membuat nafsu makan
jadi menurun.
Pada
tanggal 12 oktober 2013,
intervensi dilakukan dengan memberikan perubahan bentuk makanan yaitu dari lunak (bubur) menjadi lunak (nasi tim) dengan pertimbangan
keadaan pasien sudah dapat menerima makanan dengan
tekstur yang lebih. Makanan lunak dapat diterima
pasien cukup baik, energi yang dapat diterima yaitu 74,67%, protein 91,94%, lemak 83,87% serta KH 86,86% dari perencanaan
menu.
Pada
tanggal 13 oktober 2013,
intervensi dilanjutkan karena asupan Tn.
W mengalami sedikit peningkatan dan makanan terasup
rata-rata lebih dari 95% dari perencanaan. energi yang dapat diterima yaitu 99,08%, protein 98,05%, lemak 99,44% serta KH 99,13% dari perencanaan
menu.
Pada
tanggal 14 oktober 2013,
intervensi tetap dilakukan dan menggunakan bentuk makanan lunak, karena pasien
sudah lebih baik dan asupan juga dapat diterima secara baik. Menu diet yang
disajikan dihabiskan, energi, protein, lemak, karbohidrat 100%.
Pada
tanggal 15 oktober 2013,
intervensi tetap dilakukan dan masih menggunakan makanan lunak (nasi tim). Namun karena sakit pasien kambuh (mual, melena, hematemesis,
lemas, perut nyeri, kembung) asupan makanan menjadi berkurang yaitu energi
41,56%, protein 35,64%, lemak 31,01%, karbohidrat 52,47%.
Tanggal 16 oktober 2013, mulai makan siang intervensi
pasien diganti ke bentuk bubur saring (BSDH3) karena daya terima pasien
terhadap makanan lunak (nasi tim) semakin menurun dan sudah tidak bisa menerima
nasi tim lagi karena keadaan pasien sedang mengalami penurunan. Sehingga
asupannya menjadi menurun secara signifikan, yaitu energi 36,01%, protein
1,26%, lemak 6,4%, karbohidrat 54,95%
Berdasarkan
recall jumlah asupan makanan yang dikonsumsi pasien pada tanggal 11 oktober 2013 berada pada kategori need Improvement karena rata-rata asupan
makananya (50%-80%),
dengan melihat asupan makan berada pada kategori need Improvemen maka dilakukan perubahan bentuk makanan yaitu dari
lunak (bubur) menjadi lunak (nasi tim). Setelah ada perubahan
bentuk makanan dan melakukan recall pada tanggal 12 okt 2013 dan 14 okt 2013 sudah mencapai good diet, namun setelah itu ada
perubahan lagi yaitu pada tanggal 15
okt 2013 dan 16 okt 2013 ada rekomendasi dari
dokter untuk memberikan makanan bubur
saring dengan pertimbangan keadaan fisik
Tn. W yang mengalami penurunan yaitu mengalami perut kembung, terasa sesak dan
sebah, nyeri perut dibagian kanan atas, sehingga asupan
makannya menurun dan berada
pada kategori poor diet.
Klasifikasi
tingkat asupan makan menurut Gibson adalah (1) poor diet (< 50%), (2) need Improvement (50-80%), dan (3) good diet (> 80%). Untuk meningkatkan
kecukupan zat gizi yang dibutuhkan pasien, maka perlu dilakukan bertahap,
sesuai daya terima pasien, sekaligus dengan memberikan edukasi dan motivasi
pada pasien dan keluarga pasien pentingnya makanan untuk mencegah kerusakan
hati lebih lanjut.
8. Konsultasi
yang diberikan
Konsultasi
mulai diberikan saat pertama kali dilakukan intervensi. Setiap dilakukan
kunjungan kepada pasien, pasien dan keluarga pasien akan diberikan edukasi
mengenai diet yang diberikan, perkembangan keadaan pasien serta diskusi untuk
langkah selanjutnya. Pada tanggal 17
oktober 2013
konsultasi diberikan dengan menggunakan alat bantu leaflet yang berisi tujuan
diet hati, makanan yang dianjurkan dan makanan yang harus dibatasi atau yang
harus dihindari, kebutuhan pasien dan contoh menu diet Hati 3. Selain diberikan
materi mengenai diet Hati 3 pasien beserta keluarga pasien juga diberikan
materi dan edukasi untuk mengatur kebiasaan hidup Tn. W yang masih merokok. Konsultasi
dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien
dan keluarga pasien.
VI.
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
SIMPULAN
-
Tn. W didiagnosis
Abdominal Pain pada pasien sirosis hepatis
-
Selalu menghabiskan
buah yang disajikan di Rumah Sakit
-
Asupan mengalami
kenaikan pada tanggal 14 oktober 2013
-
Asupan menurun pada
2 hari intervensi terakhir (tanggal 15 dan 16 oktober 2013)
-
Nilai Lab (hemoglobin)
mengalami penurunan dan harus melakukan transfusi darah sebanyak 2 kantong
-
Pemeriksaan fisik
mengalami penurunan (adanya melena dan hematemesis)
-
Nilai tekanan darah
masih naik turun tetapi kenaikan dan penurunan tidak terjadi secara signifikan
B.
SARAN
-
Pasien dapat mempertahankan diet yang sudah dilakukan dan bisa
menghindari rokok selama di rawat di rumah sakit
ataupun setelah pulang ke rumah
-
Keluarga pasien
memberikan dukungan dan motivasi untuk kesembuhan pasien
-
Meningkatkan kerja sama
antara ahli gizi dengan tenaga terkait (dokter, perawat) untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien
-
Dapat
mempertahankan kebiasaan makan makanan yang mengandung tinggi protein
-
Dapat mengurangi
kebiasaan makan ikan asin goreng untuk seterusnya
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2007. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
American Dietetic Asociation. 2007.
Nutrition Diagnosis and Intervention.
Cynthia, A.A. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.Yogyakarta : Graha Ilmu
Depkes RI.1996. Klasifikasi tingkat kecukupan asupan makan.
Departemen Kesehatan. Jakarta
Gibson, R.S. 2005. Principle of Nutritional Assessment.Second
Edition.Oxford University Press. New
York.
Kurniati, D.U. 2012.TERAPI DIET PADA SIROSIS HATI. FK
UI: Jakarta
Martindale : The Complete Drug
Reference 35th edition 2.e-MIMS Australia, 2003 3.AHFS 2007, p.2680-82 4. BNF
54th ed (elect.version)
Levin and Patterson*
News & View. Exercising the obese brain: Resetting the defended body
weight. Endocrinology 2005;146:1674-1675
Maryani,
S.S. 2003. SIROSIS HEPATITIS. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Sumatera Utara.Digitized by USU digital library
Nettina, S.M. 2001. Pedoman praktik keperawatan. Edisi 4.Jakarta : EGC
Persagi. 2009. Pengembangan Konsep
Nutritional Care Proses (NCP).Bandung :
Persagi dan AsDI
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Sylvia, A, 2005.Patofisiologi
konsep klinis proses-proses keperawatan.Edisi 6.Jakarta : EGC
W, Herdin Sibuea, Marulam M, S.P.
Gultom. 2009. ILMU PENYAKIT DALAM.
Jakarta : Rineka Ciptas
Review of a casino site with a list of bonuses and offers - Lucky Club
BalasHapusThe casino offers a no deposit bonus and a free spins deposit. It offers a 100% bonus up to £400, as well as a £30 casino bonus. However, luckyclub this bonus is
Casino & Gaming | Dr.MD
BalasHapusThe gaming industry 안성 출장안마 is 여주 출장안마 changing! Our casino floor is full 김천 출장샵 of gaming, dining, and dining options, with 제주 출장안마 over 1,300 slot and table games, How 남원 출장마사지 do you find a reliable source for gambling in Michigan?How do I verify a Michigan casino?